Catatan dan inspirasi dari perjalanan dan petualangan hidup. Informasi paling lengkap tentang wisata. Semoga bisa bermanfaat. Jelajahi negeri, Cintai negeri, kenali Budaya dan Wisatanya.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Monumen Jogja Kembali

Posted by azis fals On 13.02 2 comments



Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden Suharto dengan penandatanganan Prasasti.

Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Hal ini dapat dippenggunang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah khususnya Belanda dan merupakan tonggak sejarah yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.



Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.

Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa.



Monumen Yogya Kembali terletak di Jalan Lingkar Utara, dusun Jongkang, desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Didirikan di atas lahan seluas 49.920 m2. lokasi ini ditetapkan oleh Sri Paduka Hamengku Buwono IX dengan alternative diantaranya terletak digaris poros antara gunung Merapi - Monumen Yogya Kembali - Tugu Pal Putih - Kraton - Panggung Krapyak - Laut Selatan, yang merupakan “Sumbu Imajiner” yang pada kenyataannya sampai sekarang masih dihormati oleh masyarakat Yogyakarta, dan menurut kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan kemakmuran di tempat ini sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara Belpengguna kearah utara, usaha kesinambungan tata kota kegiatan dan keserasian Daerah Yogyakarta. Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang bendera.

Memasuki area monumen yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota Jogja ini, pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan timur pengunjung bisa melihat dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun menuju pelataran depan kaki gunung Monumen. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya.


(Ruang Serba Guna)

Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat jalan menuju bangunan utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang terdiri dari empat ruang museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI. Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih tersimpan rapi di sana. Di samping itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini berfungsi sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau pesta pernikahan.


Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya.



1. Taman Dan Sekitarnya
  • Replika Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo Pambudi, tanggal 29 juni 1994.
  • Meriam PSU - S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L - 60 kaliber 40 mm. Meriam ini sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo, Jawa Timur tanggal 28 April 1996.
  • Replika Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus pada tanggal 29 juli 1996.
  • Meriam PSU - S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.
  • Logo/lambang.
  • Daftar nama - nama Pahlawan.

2. Koleksi Hall Lantai Satu

Lantai pertama terdiri dari :
  • Ruang Pengelola atau Ruang Bagian Umum
  • Ruang Perpustakaan
  • Ruang Serbaguna
  • Ruang Bagian Operasional
  • Ruang Souvenir

(Senjata para pejuang)

Hall lantai 1 ini dipamerkan koleksi antara lain :
• Patung Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.
• Panil foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.
• Patung foto Imam Bonjol ( 1722 - 1864 ).
• Meriam Jugo M - 48.
• Dokar Tentara Pelajar.
• Patung Nyi Ageng Serang.
• Meriam PSU akan Bofors.
• Patung Teungku Umar ( 1854 - 1899 ).
• Patung Tjut Nya dien ( 1850 - 1908 ).
• Meriam PSU Ourlikon Kal. 20 mm.
• Meriam Jugo M-48 kal. 76 mm.
• Panil Dinding foto kegiatan Tentara Pelajar.
• Dinding Ruang Serbaguna.


(Evokatif Dapur Umum)

3. Koleksi Museum
Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema “Seputar Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949”.
• Evokatif Dapur Umum
• Evokatif Palang Merah Indonesia
• Peta Timbul Route Konsolidasi Kompenggunan WK III
• Peta Timbul Pembagian Wilayah Wehrkreis III
• Alat Cetak Proef
• Unit Caraka
• Seperangkat Meja Kursi Tamu
• Peta Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949
• Potret Diri Para Kompenggunan Sub Wehrkreis III
• Seperangkat Meja Kursi
• Vitrin Sudut
• Dinding Ruang Museum Sebelah Utara
• Meja Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX
• Meja Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII
• Bagan Susunan Pemerintahan



Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ” Yogya Sebagai Ibukota Negara republik Indonesia “.
• Patung Dada Ir. Soekarno
• Patung Dada drs. Moh. Hatta
• Teks Proklamasi
• Foto Dokumen kegiatan Presiden dan Wakil Presiden di Yogyakarta
• Tempat Tidur Presiden Soekarno
• Foto Dokumen kegiatan Presiden Bersama keluarga dan Wakil Presiden di Yogyakarta
• Patung Dada Ki Hadjar Diwantara
• Patung Dada Kyai Haji Mas Mansyur
• Peta Timbul Wilayah RIS
• Meja dan Kursi Tamu Wakil Presiden Moh. Hatta
• Potret Diri Tokoh Pimpinan Republik Indonesia
• Kursi Kerja Komite Nasional Indonesia daerah
• Foto Dokumen Kegiatan KNID dan KNIP


(Alat Komunikasi jaman dulu)

Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. sejumlah peristiwa sejarah seperti perjuangan fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya Presiden dan Wakil Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara Keamanan Rakyat tergambar di relief tersebut.

Koleksi Relief :
  • Relief 01, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
  • Relief 02, Gema Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta 05 September 1945
  • Relief 03, Petrempuran Kota Baru, 07 Oktober 1945 di Butai Kotabaru Yogyakarta
  • Relief 04, Kongres Pemuda di Balai Mataram Yogyakarta, 10 November 1945
  • Relief 05, Pemilihan Panglima Besar TKR di Yogyakarta, 12 November 1945
  • Relief 06, Serangan Udara Sekutu di Kota Yogyakarta, 27 November 1945
  • Relief 07, Yogyakarta Menjadi Ibukota Republik Indonesia, 04 Januari 1946
  • Relief 08, berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada di Yogyakarta, 03 maret 1946
  • Relief 09, Pengawalan dan Pengangkutan Tawanan Jepang di Yogyakarta, 28 April 1946
  • Relief 10, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Yang Pertama di Yogyakarta, 17 Agustus 1946
  • Relief 11, Hari Ulang Tahun Pertama Angkatan Perang REpublik Indonesia di Yogyakarta, 05 Oktober 1946
  • Relief 12, Peringatan 6 Bulan Berdirinya Militer Akademi di Yogyakarta, 06 Oktober 1946
  • Relief 13, Perjanjian Linggar Jati, 15 November 1947
  • Relief 14, Pelantikan Pucuk Pimpinan TNI, 28 juni 1947
  • Relief 15, Persiapan Serangan Balas Angkatan Udara Republic Indonesia, 29 Juli 1947
  • Relief 16, Kapal Selam yang Petama di Indonesia, Juli 1947
  • Relief 17, Notulen Kaliurang, 13 Januari 1948
  • Relief 18, Penpenggunatanganan Perjanjian Renvile, 17 Januari 1948
  • Relief 19, Pasukan Hijrah Tiba di Yogyakarta, Februari 1948
  • Relief 20, Bantuan Obat-obatan dari Mesir, 05 Maret 1948
  • Relief 21, Pemberantasan Buta Huruf di Yogyakarta, April 1948
  • Relief 22, Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun, Tanggal 18 s/d 30 September 1948
  • Relief 23, Panglima Besar Jendral Soederman Menyusun Surat Perintah Kilat, 19 Desember 1948
  • Relief 24, Perlawana TNI dan Polisi Negara di Desa Janti, Yogyakarta, 19 Desember 1948
  • Relief 25, Serangan Balas Terhadap Kedudukan Tentara Belpengguna di Kota Yogyakarta, 29 Desember 1948
  • Relief 26, Markas Besar Komando Jawa di Desa Boro, Kabupaten Kulon Progo, Januari 1949
  • Relief 27, penghancuran Jembatan kalipentung, Februari 1949
  • Relief 28,29,30,31, Serangan Umum 01 Maret 1949 di Yogyakarta
  • Relief 32, Jendral mayor Meiyer Mengancam Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 03 Maret 1949
  • Relief 33, Penghadangan Konvoi Tentara Belpengguna di Desa serut, Prambanan, 15 Maret 1949
  • Relief 34, Penarikan Mundur Tentara Belpengguna dari Kota Yogyakata, 29 Juni 1949
  • Relief 35,36, TNI, Polisi, Gerilyawan Masuk Kota Yogyakarta, 29 Juni 1949
  • Relief 37, Pimpinan Negara Kembali ke Ibu Kota Yogyakarta, 06 Juli 1949.
  • Relief 38, Panglima Besar Soederman tiba di Yogyakarta, 10 Juli 1949
  • Relief 39, Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta, 19 Juli 1949
  • Relief 40, Presiden Soekarno Kembali ke Jakarta, 28 Desember 1949.
Di dalam bangunan, berisi 10 diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.


(Diorama 1, Penyerbuan Rakyat Belpengguna Terhadap Lapangan Terbang Maguwo, 19 Desember 1948)


(Diorama 2, Panglima Besar Soederman Melapor Kepada Presiden RI untuk Memimpin Perang (Gerilya, 19 Desember 1948)


(Diorama 3, Presiden dan Wakil Presiden dan Para Pimpinan lainnya Diasingkan ke Sumatera, 22 Desember 1948)


(Diorama 4, Perlawanan Rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia Terhadap Belpengguna, 23 Desember 1948)


(Diorama 5, Konsolidasi dan Pembentukan sector Pertahanan di Ngoto, 23 dan 26 Desember 1948)


(Diorama 6, Serangan Umum 1 Maret 1949)


(Diorama 7, Penpenggunatanganan Roem-Roijen Statement, 29 Juni 1949)


(Diorama 8, Penarikan Tentara Belpengguna dari Yogyakarta, 17 Agustus 1949)


(Diorama 9, Kembalinya Presiden ke Istana Negara setelah diasingkan)


(Diorama 10, Peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta)


Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, Unit Kata Mutiara (Pesan Pelaku Pejuang) relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.


(Tempat Hening & Unit Bendera Pusaka)


(Unit Relief Simbolik)



Catatan : Tiket masuk gratis lho, cuma uang parkir sepeda motor Rp. 1.000,- pas di kantong BackPacker.

2 comments:

terimakasih ya, saya sangat terbantu
soalnya saya di suruh membuat laporan hasil PPL ke monjali.Berkat ini saya jadi nggak perlu pusing-pusing nyari'in

Sama-sama. terima kasih atas kunjungannya di blog saya :)

Posting Komentar